Daniel Wong
Siswa akan berkembang di masa depan jika 7 hal ini diajarkan di sekolah. (Getty Images)
Betapa sering kita mendengar seseorang berkata, "Aku hanya menggunakan satu bagian dari apa yang aku pelajari di sekolah" Mungkin berkali-kali hingga tak dapat dihitung.
Ada beragam pandangan mengenai tujuan utama pendidikan hendaknya:
- Untuk menanamkan rasa cinta pada belajar
- Untuk membangun satu sense budaya atau identitas nasional
- Untuk melatih siswa membuat keputusan-keputusan yang berdasar informasi
- Untuk membantu masyarakat me
Namun saya yakin kita setuju bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan (prepare students for the future).
Yups, ada tujuan-tujuan mulia yang hendaknya pendidikan perjuangkan untuk dicapai, namun pendidikan juga mesti bermanfaat. Idealisme yang tidak dikombinasikan dengan kotak besar pragmatisme dan realisme tidak pernah benar-benar terbukti bermanfaat.
Ini berlakku pada pendidikan juga.
Ketika kita memasuki fase baru Era Informasi, kecakapan yang diperlukan untuk bertahan--dan berjuang--adalah kebangkitan.
Di artikel ini, saya akan mendiskusikan tujuah hal yang tidak diajarkan kepada mereka di sekolah, namun mestinya (diajarkan).
Saya sadar bahwa masa kurikulum di sekolah terbatas, jadi saya tidak menganjurkan sekolah mengajarkan kecapakan ini pada pilihan teratas atas apa yang sudah menjadi bagian beban siswa. Sebaliknya, saya mengusulkan agar sekolah melakukan relokasi waktu dan sumber dayanya.
Mengapa siswa mesti melakukan begitu banyak usaha untuk menghafalkan rumus dan fakta, ketika mereka dengan mudah dapat menemukan informasi tersebut saat mengklik tombol mouse?
Misal, apakah benar-benar penting bagi siswa untuk tahu bahwa
sin x — sin y = 2 sin [(x-y)/2] cos [(x+y)/2]
ketika Google dapat memberi mereka informasi tersebut secara instan?
(saya menduga bahwa anda, seperti halnya saya, memiliki ingatan tentang trigonometri yang terpatri dalam "ruang (kompartemen)" matematika di otak anda).
Saya tidak menolak bahwa penting bagi siswa untuk mengingat tanggal bersejarah yang penting atau menggunakan rumus-rumus secara bijak. Namun demikian, pembelajaran menghafal hendaknya tidak merupakan bagian utama dalam kurikulum.
Inilah tujuh hal tersebut, yang jika diajarkan di sekolah, akan membantu siswa berkembang di masa depan:
1. Bagaimana bersikap baik
Saat ini informasi sangat mudah diperoleh, jika kita ingin belajar satu kecakapan atau jika kita ingin menjadi ahli dalam setiap disiplin, kita dapat melakukannya. Hal tersebut tergantung seberapa kita menginginkannya.
Sukses saat ini lebih banyak berkaitan dengan sikap kita daripada bakat kita.
Sikap kita tidak hanya mempengaruhi semangat kita untuk belajar dan berkembang. Ia juga mempengaruhi keinginan kita untuk melayani dan memberi kontribusi, semua tanpa berkeluh kesah.
Singkatnya, sikap kita menghasilkan banyak hal (baik), namun banyak orang di sekitar yang memiliki sikap buruk.
Sikap dapat melakukan sesuatu berkaitan dengan hal ini!
2. Bagaimana menangani finansial (masalah keunganan) personal anda.
Kebanyakan siswa meninggalkan sekolah tanpa sebuah clue mengenai bagaimana mengatur masalah finansial mereka. Ini meresahkan, karena mereka benar-benar pemula untuk memulai pekerjaan full time nya.
Ketika kita di sekolah, apakah kita belajar tentang:
- Beragam jenis investasi?
- Bagaimana mengatur budget biaya (hidup) kita?
- Kekuatan keuntungan yang berlipatganda?
- Berapa banyak dari gaji bulanan kita yang hendaknya ditabung?
- Jenis asuransi apa yang hendaknya kita beli?
- Bagaimana menetapkan tujuan di wilayah finansial kita?
Siswa hendaknya mulai belajar, dari usia muda, bagaimana menangani masalah finansial mereka. Ini akan melindungi banyak orang dari pertarungan dengan hutang credit card atau bahkan kebangkrutan di masa depan.
3. Bagaimana menggunakan email secara efektif
Kita mungkin menerima lebih banyak email setiap hari daripada yang kita inginkan. Apa yang membuatnya mengerikan adalah bahwa sebagian besar email adalah kasar, tidak jelas atau tidak terstruktur baik.
Mungkin ini menjadi masalah karena orang tidak pernah diajari bagaimana menggunakan email secara efektif.
Bagaimana kita 'menolak' (sign off) email? Akankah kita membuatnya hanya untuk satu topik utama per email? Kapan sesuai untuk menggunakan Cc atau Bcc? Kapan hendaknya menggunakan huruf tebal? Kapan hendaknya kita tidak "menjawab semua" (reply all)?
Sekolah hendaknya memberi siswa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Sadari bahwa mayoritas siswa saat ini membuat akun email pertama mereka sebelum mereka berusia belasan tahun, adalah penting bahwa mereka memahami bagaimana menggunakan sarana hebat ini dengan bijak dan bertanggungjawab.
4. Bagaimana menjual
Apakah kita akan menjadi penjual (going into sales) di masa depan atau tidak, kita akan menjual sesuatu: layanan, ide, proyek, rencana bisnis, kredibilitas.
Siswa hendaknya belajar bagaimana menjadi seorang penjual yang luar biasa tanpa curang (tidak jujur) ataupun manipulatif (melakukan manipulasi).
5. Bagaimana bergaul dengan orang lain
Saya yakin anda mengenal seseorang--yang anda kenal, (adalah) ia yang tidak seorangpun suka. Kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain adalah sebuah kemampuan yang diperlukan dalam setiap pekerjaan. Juga merupakan sesuatu yang dapat dilatih, tanpa melihat seberapa bagus kemampuan yang sudah kita miliki (untuk berhubungan dengan orang lain).
6. Bagaimana menjadi pembicara ahli (a competent public speaker)
Kita semua (pernah) duduk (mendengarkan) satu ceramah atau presentasi yang terlalu bertele-tele.
Sedikit orang yang akan menjadi para pembicara profesional, namun setiap orang pasti membuat sebuah presentasi pada beberapa titik dalam kehidupan dewasa mereka.
Siswa hendaknya mempelajari kecakapan ini sesegera mungkin, sehingga ketika waktu bagi mereka untuk memberi ceramah untuk mengunci kesepakatan penting datang, mereka sudah siap.
7. Bagaimana menulis untuk beragam audiens
Hampir semua sekolah mengajarkan kepada siswa bagaimana menjadi ahli dalam tulisan akademis. Namun demikian, di Era Digital, kita perlu mendefinisikan ulang apa makna menjadi seorang penulis yang baik.
Menjadi seorang penulis fiksi yang baik berbeda dengan menjadi seorang wartawan atau jurnalis yang baik atau seorang blogger yang baik.
Contoh, di dunia online, tulisan baik adalah--pertama dan utama--menarik. Tidak mesti terstruktur baik, pendapat ahli, atau tersusun puitis.
Wilayah perhatian seseorang yang menjelajah Internet sangat pendek (singkat), jadi ketika tulisan tidak menarik, pembaca tidak akan pernah membuatnya melalui artikel.
Siswa hendaknya belajar tentang apa arti tulisan yang baik dalam beragam konteks.
Penutup…
Saya memuji usaha pemerintah untuk meningkatkan sistem pendidikan, namun apa yang kita perlukan adalah sebuah revolusi pendidikan. Reformasi evolutif tidak akan cukup.
Pendidikan berubah secara perlahan, sedangkan waktu di mana kita hidup di dalamnya berubah secara drastis (sangat cepat). Jika kita tidak hati-hati, sistem pendidikan kita akan jauh tertinggal di belakangl
Mari kita mulai mengimplementasikan perubahan kurikulum untuk mempersiapkan sisiwa meraih kesuksesan tanpa batas!.
Mari kita lakukan sekarang!.
Daniel Wong adalah penulis "The Happy Student: 5 Steps to Academic Fulfillment and Success". Ia adalah seorang Education & Personal Excellence coach and speaker. Ia menyelenggarakan program mentoring (mentoring programme) untuk membantu siswa memaksimalkan pendidikan mereka dan menemukan kegembiraan serta keberhasilan. Ia rutin menulis di www.daniel-wong.com. Download e-book gratisnya, "The Unhappiness Manifesto: Do You Make These 150 Mistakes In The Pursuit Of Happiness?", Download e-book gratisnya yang lain, "Singapore Scholarship Guide: The $500,000 Decision". Bersama dengan tim ahlinya, ia menjalankan The Exam ExcellenceTM (TEE) Programme.
Terjemah bebas dari : 7 Things didn't Teach You in School
0 comments:
Post a Comment